Selasa, 06 Desember 2011

ternyata dengan IKHLAS, doaku terwujud

Selama ini doa bagiku adalah 'benda' yang istimewa, karena merasakan terkabulnya doa adalah hal yang luarbiasa. Bener gak kalau selama ini kita merasa hanya seberapa persen saja doa-doa dikabulkan Allah. Bahkan mungkin bagi beberapa orang merasa gak pernah dikabulkan doanya.

 
Namun pagi ini, aku memiliki pandangan baru tentang doa.
Tadi pagi aku bangun dengan kepala yang pusiiiing sekali. Kugeleng-gelengkan kepala, tetap tidak hilang. Minum obat? Nggak deh, rasanya ini cuma pusing biasa, kataku dalam hati.
Susah payah aku berusaha untuk tidak merasakannya selama perjalanan berangkat ke kantor. Sesekali kupejamkan mata, dengan harapan sakitku akan hilang seketika.

Eh, seraya tidur-tidur ayam.. aku baru ingat tadi malam baru saja membaca buku Quantum Ikhlas. Itu mengingatkanku tentang doa.. Doa yang akhirnya bisa menyembuhkanku. Aku kutip sedikit pelajaran dari buku itu disini.

Menurut penulis buku tersebut, doa itu terbuat dari pikiran. Sementara kita berpikir (baik atau buruk) setiap saat, sesungguhnya kita berdoa setiap saat. Sementara Tuhan menjanjikan bahwa setiap doa kita selalu dikabulkan. Semua yang kita inginkan sebetulnya sudah tersedia secara melimpah di alam semesta ini. Kita tinggal mengambilnya dengan piranti bernama doa (yang tepat).

Jika Tuhan sudah menjanjikan bahwa doa yang kita lakukan pasti dikabulkan, sementara kita berdoa setiap saat, itu artinya selama ini doa kita sebenarnya sudah dikabulkan. Wujudnya adalah hidup kita. Hidup kitalah hasil dari doa kita selama ini. Hasil dari pikiran kita selama ini, baik pikiran yang postif maupun negatif. Kalau doa kita baik, kita akan mendapatkan yang baik, begitu pula sebaliknya.

Unsur lain pembuat doa adalah perasaan. Pikiran adalah hasil dari perasaan kita. Merasa sedih karena lama membujang menimbulkan pikiran untuk mencari pasangan hidup. Doanya adalah meminta jodoh. Perasaan malu karena masih menumpang di rumah mertua mendorong timbulnya pikiran untuk membeli rumah sendiri. Doanya, meminta kemampuan membeli rumah sendiri. Merasa tidak enak badan akan memunculkan pikiran untuk membeli obat atau pergi ke dokter. Doanya adalah meminta kesembuhan. Nah, ini dia, pas banget dengan yang kualami sekarang.

Setelah sadar akan maknanya, tidak ada salahnya kucoba metode doa yang ada.
  1. Pertama, kucoba memahami bahwa aku sedang tidak sehat. Badan rasanya nggak enak. Mata terasa ditarik-tarik, dengan rasa pusing yang luar biasa.
  2. Kedua, aku tetapkan keinginan yang berupa afirmasi. Aku bilang pada diriku sendiri "Aku merasa bahagia karena pusingku hilang, dan badanku sehat bugar"
  3. Ketiga, seakan niat-niat tadi terwujud menjadi kenyataan, sambil terpejam kubayangkan gambar diriku yang sehat, bugar, dan bisa melakukan pekerjaan kantor dengan semangat. Lengkap dengan gaya lebay ala fitri tropica (haha).
  4. Terakhir, sambil membayangkan, kusyukuri dalam hati sekan hal itu sudah benar-benar menjadi kenyataan. Alhamdulillahirobbil'alamin. Aku yakinkan hati. Namun, kemudian aku ikhlaskan semuanya kepada-Nya. Biar kemudian Dia yang atur.
Selesai kulakukan itu, tanpa sadar keretaku sudah sampai di stasiun pemberhentian dekat kantorku. Masih dengan nyut-nyutan dikepalaku, senyum terus tersungging diwajahku. Tukang ojeg langganan pun heran, wah tumben nih si embak jutek pagi ini ramah, mungkin pikirnya. Sepuluh menit kemudian ketika sampai di kantor, aku baru sadar ternyata kepagian. Ya sudah mumpung masih pagi aku ke kantin dulu deh, niatku. Tapi ketika berjalan melewati mushola entah kenapa aku sangat ingin berwudhu, tanpa niat yang jelas kuambil sajadah, kupakai mukena, sampai akhirnya kusadar aku melakukan sholat. Seketika pusing yang kurasakan sudah tidak terasa. Sehat banget rasanya. Syukur alhamdulillaaaaaah.

Astagfirullah, baru nyadar juga, tadi sholat nggak jelas niatnya apa. Akhirnya aku memutuskan untuk sholat kembali, kali ini dengan niat untuk sholat dhuha.

Sambil tak habis pikir mengapa sakitku bisa secepat ini hilang, aku berulang-ulang mengucap syukur. Terimakasih Ya Allah. Kepada siapa lagi aku percaya selain Engkau? Engkaulah Maha Pemurah.



Tidak ada komentar: